Rabu, 10 Juli 2013

TEORI PEMBELAJARAN STIMULUS DAN RESPON

TEORI PEMBELAJARAN STIMULUS DAN RESPON
Apasih sebenarnya teori pembelajaran stimulus dan respon itu?
Disinilah akan saya uraikan dari beberapa sumber pemahaman yang saya peroreh setelah saya membaca tentang beberapa teori pembelajaran stimulus dan respon dari beberapa para pakar dan hasil penelitian di mana teori belajar adalah mempelajari keadaan di mana terjadi hubungan antara pemberian stimulus dengan respon.
Sebelum itu kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang definisi pembelajaran. Dimana Pembelajaran adalah suatu proses pemberian latihan terhadap seseorang atau kelompok orang agar dapat terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap.
Di mana stimulus merupakan rangsangan dari dalam diri seseorang yang mendorong terjadinya kegiatan. Dalam system pembelajaran stimulus juga merupakan rangsangan yang diberikan oleh guru atau pengajar kepada muridnya. Agar terjadi interaksi dadalam proses pembelajaran seperti dalam hukum fisika dimana sutau benda diberikan gaya maka akan terjadi sebuah reaksi terhadap benda tersebut.
Sedangkan respon merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang. Setelah memperoleh rangsangan(stimulus)
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Selain hukum-hukum di atas, konsep transfer belajar yang disebutnya trasfer of training. Konsep ini maksudnya adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu masalah baru, karena di dalam setiap masalah, ada unsur-unsur dalam masalah itu yang identik dengan unsur-unsur pengetahuan yang telah dimiliki. Unsur-unsur yang identik itu saling berasosiasi sehingga memungkinkan masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Unsur-unsur yang saling berasosiasi itu membentuk satu ikatan sehingga menggambarkan suatu kemampuan. Selanjutnya, setiap kemampuan harus dilatih secara efektif dan dikaitkan dengan kemampuan lain. Misalnya, kemampuan melakukan operasi aritmetik (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang telah dimiliki siswa, haruslah dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang berikaitan dengan operasi aritmetik. Dengan demikian kemampuan mengerjakan operasi aritmetika tersebut menjadi mantap dalam pikiran siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa transfer belajar dapat tercapai dengan sering melakukan latihan.
Aplikasi Teori Thorndike dalam dunia pendidikan dan pengajaran,
menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya diberikan kepada peserta didik.
Beberapa aturan yang dibuat Thorndike berhubungan dengan pengajaran:
1. Perhatikan situasi peserta didik
2. Perhatikan respons yang diharapkan dari situasi tersebut.
3. Ciptakan hubungan respons tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya.
4. Situasi-situasi yang sama jangan diindahkan sekiranya memutuskan hubungan tersebut.
5. Buat hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan nyata dari peserta didik.
6. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan lain yang sejenis.
7. Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
kesimpulanya motivasi (stimulus) sangat berpengaruh dalam proses belajar. Sayangnya ketertarikan siswa justru bukan pada motifasi mengerjakan berbagai tugas belajar, malah seringkali tertarik dengan motivasi yg diluar proses pembelajaran, seperti tertarik dengan tayangan sinetron televisi, lagu-lagu populer, tertarik dengan gaya para selebritis. Artinya siswa pada umumnya lebih banyak mendapatkan pengalaman penguatan yg kuat pada kegiatan2 di luar jam pelajaran, tetapi tidak mendapat penguatan dalam kegiatan belajar di kelas. Dalam konteks ini, para tenaga kependidikan (guru) memiliki tugas yg sangat besar untuk merubah cara pandang siswa agar lebih tertarik dengan fenomena yg menyebabkan mereka lebih serius melakukan proses pembelajaran.

0 komentar:

Posting Komentar